Minggu, 09 Juli 2017

Cemburu

Di balik suara Nino dan Raisa aku berlindung. Malam ini patofisiologi menemani diri di atas bantal tom and jerry. Aku disajikan rasa bosan yang menghantam sampai pemberitahuan garis menunjuk panutanku. Aku kira akan menjadi diskusi yang menggembirakan. Ternyata hanya gambar semu dan lawakan kosong yang selanjutnya tersaji.

Aku bersyukur. Dia yang memasukkanku ke grup Glasgow selalu mempertegas arah pikirku, apa pikirku. Aku cemburu. Kenapa aku tidak bekerja keras. Kenapa mereka malah menganggap aku sudah bekerja keras. Padahal aku telah gagal, aku gagal. Kenapa aku tidak mencobanya lebih keras. Kenapa aku tidak mengambil resiko. Kenapa aku mencari titik aman.

Aku bosan berada di titik aman ini. Aku bosan hanya terduduk di depan dimensi berjudul fibrokistik. Kenapa dulu aku tidak bekerja keras. Aku dikelilingi oleh orang-orang pengeluh 70 layar tampil. Kenapa aku tidak bekerja keras. Hanya 1:100 yang bisa membuat duniaku menjadi tidak hanya sekedar cari makan dan cari nilai. Bahkan aku berharap kamu bisa tertarik dengan apa yang kubahas. Tapi tidak.

Aku dikelilingi orang-orang yang mencintai kulitnya. Hanya sekedar bicara rembulan yang terbelah pun tak menitik air mata sedikit pun. Aku cemburu. Kenapa sepupuku bekerja keras. Kenapa aku tidak. Kenapa ia beruntung tidak merasa hawa Ciputat. Kenapa aku tidak bekerja keras.

Kenapa air langit tertawa padaku. Kenapa masjid itu menarikku. Kenapa jajanan itu merayuku. Kenapa bantal ini basah. Kenapa aku tidak bekerja keras. Kenapa mereka berpikir aku bekerja keras. Apa yang mereka pikirkan. Kenapa mereka tidak bekerja keras.

Kenapa mereka hanya bisa meributkan kesalahan hari yang membakar kulit mereka namun tak menghakimi matahari. Kenapa. Apa yang mereka pikirkan. Bagaimana. Bagaimana ini. Kami generasi tutorial.

Kenapa mereka tak melirik. Sekali saja. Kenapa mereka tidak bekerja keras. Kenapa kalian bekerja keras. Kenapa kalian berhasil. Kenapa kalian bisa bantah untuk berbaring.


Aku cemburu sama kalian. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar