Hari ini adalah awal musim
panas, liburanku kini pasti membosankan. Biasanya aku melewatinya bersama David.
Tapi sekarang. Entahlah. Sahabat baruku sudah mengkhianatiku. Hantu aneh. Oya!
Aku masih punya harapan untuk liburanku tidak membosankan. Kartu nama Sam! Mana
yaa? Perasaan aku simpan di dompetku. Ah! Ini dia!. Disana hanya terdapat
emailnya. Aku kirim email ah!
To : Sam_Dewny@rocketmail.com
Cc : ChikytaWeasley@yahoo.com
Subject : Hi!
Hi, Sam. Aku yang waktu itu ada
di konser itu. Pasti kenal aku kan? Ngomong-ngomong, musim panas ini kau akan
apa? Trims J
hhh.. Aku menghela nafas dengan
apa yang belakangan ini terjadi. Semoga saja Sam dapat lebih baik dari Glenn.
Tiba-tiba, laptopku bersuara. Ternyata, emailku dibalas oleh Sam. Wow! Cepat
sekali ia membalasnya.
To : ChikytaWeasley@yahoo.com
Cc : Sam_Dewny@rocketmail.com
Subject : (none)
Hai, aku inget kok! Chiky kau
cantik dan menarik! Aku akan mengadakan konser lagi di sejumlah daerah lalu aku
diam di rumah yang membosankan-_- kau sendiri? Kau tinggal dimana?
To : Sam_Dewny@rocketmail.com
Cc : ChikytaWeasley@yahoo.com
Subject : J
Terima kasih! Wow! Kau pasti
lelah, kau harus banyak istirahat. Yeah! Liburanku juga membosankan, hanya
sendiri di rumah-_- aku tinggal di Chicago kau?
To : ChikytaWeasley@yahoo.com
Cc : Sam_Dewny@rocketmail.com
Subject : (none)
Ya! Lelah tapi aku senang,
karena clasic musik is my life. Apa musik kesukaanmu? Aku tinggal di New York,
kapan-kapan kau main kesini. Akan kutunjukkan cara bermain piano! J
To : Sam_Dewny@rocketmail.com
Cc : ChikytaWeasley@yahoo.com
Subject : J
Jazz beat! Aku tak suka clasic
musik, tapi belakangan ini mulai suka karena kamu yang memainkannya J oke!
To : ChikytaWeasley@yahoo.com
Cc : Sam_Dewny@rocketmail.com
Subject : (none)
Really? Itu kuncinya! Bermainlah
dengan hati, tanpa kebencian dan dendam J
Ah!
Tanpa kebencian dan dendam. Aku jadi ingat Glenn dan David! Mereka tidak salah!
Aku yang salah. Ah! Mengapa aku baru sadar sekarang. Aku terlalu emosi. Aku
terlalu naïf. Aku labil saat itu. Mereka sangat sabar menghadapiku. Oh! Maafkan
aku David, Glenn. Aku bodoh. Bodoh sekali aku mengusir mereka dari hidupku.
Mereka baik. David pindah karna aku. Aish! Glenn tak salah. Ia hanya ingin
tidak merusak hariku karna kepindahan David. Stupid girl! Andai waktu bisa
terulang lagi, pasti mereka ada di sekelilingku sekarang. Tidak mungkin! David?
Kemana kau? Kau selalu ada di setiap mimpiku. Berharap kau kembali kepadaku.
Tapi selalu aku bertanya, adakah aku dalam mimpimu. Di malam sunyi, aku
memikirkanmu selalu, tapi satu lagi pertanyaan. Apakah kau selalu memikirkanku?
Aku tak tau kau. Aku tak tau kau dimana. Aku tak tau jalan pikiranmu. Come back
for me! Aku mengerti maksudmu, Glenn. Aku tau. Kau mengerti perasaanku. Aku
plin plan. Maafkan aku Glenn. Dengar aku! Kau hantu yang ramah seperti Casper.
Kau perhatian seperti David. Come back for me!
Keesokkan harinya, saat mentari
mulai muncul di ufuk timur. Burung-burung berkicauan dengan sahabatnya seolah
mengejekku. Terdengar tetesan embun yang sedang bercengkrama saling menyusul
saudaranya yang membuat aku iri. Tiba-tiba ada suara-suara hangat yang
membuatku terjaga dari tidurku.
“Hey, bangunlah Chiky.” bisik
seseorang di telingaku.
“Glenn? Itu kamu?”
“Iya.”
“Ah! Maafkan aku, Glenn! Aku…
aku salah!”
“Salah? Tak apa lah.”
“Kau masih mengikutiku?”
“Ya, berteman baiklah dengan Sam.
Aku tau ia sangat perhatian kepadamu.”
“Oke!”
“Chik, kamu lagi ngobrol ama
siapa nak?” ucap Mama yang tiba-tiba masuk ke kamarku.
“Tak. Aku tak sedang mengobrol
dengan siapa pun.”
“Oh, kalo begitu ada waktu luang
tak buat mama?”
“Ada kok, memang kenapa?”
“Temanin mama ke mall yuk, udah
lama kita tak ke mall bareng.”
“Ayo! Aku mandi dulu ya”
Saat ganti baju dan bercermin.
Aku berfikir. Jarang-jarang mama mengajakku ke mall bareng. Pasti ada sesuatu
yang akan dibahas. Ah! Perasaan aku sedikit tak enak. “Kau tak perlu cemas
begitu.” ucap Glenn. Aku tidak mengerti dengan ucapannya yang berarti nanti aku
akan ‘kaget’.
Di mobil, aku dan mama sama-sama
terdiam walaupun kami duduk bersebelah. Kami jarang sekali mengobrol karna
kesibukan mama mengurus perusahaan catering-nya. Yah. Itu konsekuensiku sebagai
anak tunggal dari keluaga Weasley yang serba sibuk. Kelak, bila aku menjadi
Ibu. Aku takkan melewatkan perhatianku kepada anakku. Sesibuk apapun
pekerjaanku, aku akan selalu ada untuk anakku. Aku akan tanya semua hal yang
telah ia lalui. Tapi mama, tak. Tak pernah
bertanya, bagaimana hari-hariku ini. Ada masalah apa. Sekarang tiba-tiba
saja mengajakku ke mall. Biasanya jika weekend, mama lebih suka arisan dengan
teman-temannya yang centil itu. Di mall, aku hanya bisa berjalan di belakang
mama dengan malas. Sesekali mama menyocokkan baju yang dipilihnya dengan
badanku, lalu langsung membelinya. Hambur. Padahan aku tak suka. Akhirnya?
Numpuk di lemari. Boros.
“Ma, aku ke Bread Talk dulu yaa.
Mau cari camilan.” Izinku
“Iya, hati-hati yaa.”
“Oke, ketemu lagi di XXI ya ma”
“Hmm.. kira-kira apa ya yang mau
diomongin mama? Bikin aku kaget?” tanyaku dalam pikiran sambil mengambil
sepotong tiramisu.
“Dahsyat.” ucap Glenn sambil
mencicipi cheesecake.
“Apa ya kira-kira?” ucapku masih
bertanya-tanya.
Di perjalananku menuju XXI,
ternyata ada toko kaset! Ke sana ah! Siapa tau ada kaset jazz beat terbaru. Di
sela-sela pencarianku dengan kaset jazz beat, tiba-tiba aku melihat sosok
seorang yang ada di dalam foto album sedang memainkan piano putihnya. Ya! Itu Sam!
Keren banget! Jadi, ia udah punya album? Fantastic! Aku beli ah!
“Eh Chiky, kamu kemana aja. Mama
tungguin lama banget.”
“Maaf ma, tadi ke toko kaset
dulu beli albumnya Sam.”
“Yaudah, kita langsung pulang
ya. Mama mau ngomong.”
“Oke.”
Di mobil, aku merasa gugup. Apa
ya? Cepet dong ma. Aku udah tak sabar.
“Chiky, mama ada panggilan ke
Kanada. Papa juga lagi ada tugas di Turki. Kita bakal lama di sana, sepanjang
musim panas.”
Ah! Sebenernya tak kaget. Aku
sudah biasa mnghadapi situasi ini, sendiri di rumah. Yeah! Musim panas kali ini
bosan. Untung ada Glenn dan Sam. “Trus ma?” ucapku penasaran.
“Hmm.. rencananya bair musim
panas kamu tak ngebosenin kamu bakal mama titipin ke tante kamu di New York.
Kamu bisa liburan ke sana.”
Suck! Sial! Tak bisa
ngapa-ngapain dong kalo liburan ada yang ngawasin. Suck!
“hmm.. siapa?”
“Tante Hellen namanya, nanti
sore kamu berangkat. Makanya nanti kamu siapin baju-baju kamu nanti.”
“Yeah.” Jawabku dengan nada
malas.
“Ayolah, semangat!” kata Glenn memberi
semangat.
“hhh.” Jawabku jenuh.
Perjalanan antara Chicago dan
New York mungkin sekitar 3 jam dengan mobil. Dengan malas, aku mengunya permen
karetku dan memainkan playlistku, lagu Run Devil Run milik SNSD. Ah! Devil?
“Aku?” tanya Glenn. “Just kidding, hehe.” jawabku. Permen karetku sudah tak
terasa lagi, aku tambah permen karetku dan mulai mengunyahnya dengan cepat.
Mungkin 10 permen karet, ah! Lebih! Untuk ke New York. New York? Sam! Sam kan
tinggal di New York! Ah! Semoga saja kita bertemu lagi. Aku buka laptopku dan
mencoba mengirim e-mail ke Sam.
To : Sam_Dewny@rocketmail.com
Cc : ChikytaWeasley@yahoo.com
Subject : J
Sam! Aku akan liburan ke New
York kali ini. Aku akan main ke rumahmu jika sempat. Kirim alamatmu ya!
Yeah! Liburan yang cukup asyik!
“Apa kataku!” celetuk Sam.
“Chiky, ½ jam lagi kita sampai.
Nanti kamu cegat taxi aja di pertigaan, mama malas putar balik.”
“Yeah ma, ma tante Hellen
mukanya seperti apa?”
“Oya! Ini ada foto dan
alamatnya. Kamu tunjukkin alamat ke supir taxinya, dia pasti tau kok.”
“Sip.”
Tante Hellen. Aku tak pernah
mengenalnya. Aku juga baru tau, dia adik mamaku. Tapi fotonya. Aku pernah
lihat! Ah! Tapi dimana? Benar! Aku pernah liat. Memakai kacamata berambut
sebahu berwarna coklat. Siapa ya? Aku pernah liat! Tapi siapa? Ah! Liat saja
nanti.
“Chiky, di situ ada taxi. Sana.
Hati-hati ya sayang. Jaga diri baik-baik. Uang bekalmu suadah ada di tante
Hellen.” Ucap mama sambil mengecup keningku.
“Dah mama.” Pamitku singkat.
“Kak Glenn, kira-kira siapa sih
tante Hellen ini?” tanyaku pada Glenn sambil berjalan menuju taxi.
“Nanti juga kau tau.” Jawabnya
sambil tersenyum misterius.
“Pak, tolong ke alamat ini.
Tolong ngebut yaa!” perintahku sambil menyerahkan alamat yang diberikan mama.
“Iya non.” Jawab supir taxi itu
dengan singkat sambil mengangkat topinya.
Di dalam taxi, aku masih
memandangi foto tante Hellen. Entah apa yang membuatku untuk terus
memandanginya. Tapi kurasa aku pernah melihat tante Hellen. Tapi entah dimana.
Aku lupa!
“Kak, kau pasti tau kan tante
Hellen?” tanyaku dalam hati pada Glenn.
“Ya.” Jawabnya sambil tertidur.
Ah, sudahlah. Pasti Glenn takkan
memberitahukannya. Lebih baik aku tau nanti.
“Sudah sampai non, silahkan.”
Ucap supir taxi mengagetkan lamunanku.
“Dimana rumahnya? Ini uangnya,
terima kasih.”
“Di sebelah kanan, kembali.”
Aku bergegas menuju rumah
bernomor 696 itu. Berjalan dengan cepat karna dasar penasaranku. Rumahnya
lumayan mewah bernuansa gold. Sepertinya Tante Hellen sangat menyukai seni musik.
Karena banyak not balok yang digambarkan di dinding luar rumahnya. Pagarnya pun
terdapat ukiran-ukiran not balok berbahan tembaga tipis.
“Rupanya kau sudah sampai,
Chiky. Ayo masuk. Mamamu baru saja menelponku dan bilang kau sudah sampai di
New York.” ucap seorang wanita 25 tahunan dengan ramah sambil membuka gerbang
tinggi. Aku memendanginya dengan seksama. Ya! Itu tante Hellen. Persis seperti
di foto. Dan sekali lagi, aku rasa aku pernah melihatnya.
“Tante Hellen? Bagaimana kau tau
namaku? Kita pernah bertemu?” tanyaku sambil masuk ke rumahnya yang cantik
dengan tasku yang sedikit berat.
“Ya, bagaimana aku tak tau. Aku
sering mengajakmu bermain ke sini saat kau kecil. Sangat kecil. Mungkin kau
sudah lupa, tapi banyak fotomu di dalam rumah.”
“Oh.” Jawabku singkat dengan
masih memendam pertanyaan yang terus membayangiku, siapa tante Hellen ini?
Di dalam rumah tante Hellen,
terasa sekali aroma seni. Wow! Sungguh cantik.
“Saaaaaaaaam! Keponakanku sudah
datang. Cepat ke sini!” teriak tante Hellen kepada seseorang.
Sam? Samuel Dewny? Tidak
mungkin!
“Ya tante.” jawab seorang lelaki
yang sebaya denganku sambil menuju ke ruang tamu.
“Chiky, ini Sam. Sam ini Chiky,
keponakan tante. Yang ada dalam album itu.” ucap tante Hellen saling
memperkenalkan kami.
“Sam? Kau Sam Dewny?” tanyaku
padanya.
“Ya, kita pernah bertemu?
“Ya!”
“Ah! Aku ingat, kau Chikyta
Weasley?”
“Yap!”
“Yang waktu itu aku pernah
menumpahkan air ke bajumu. Ah, maafkan aku. Jadi kau keponakan tante Hellen
juga?”
“Ya, memang kau siapanya tante
Hellen?”
“Kakakku kekasihnya dan dia juga
managerku. Wow! Baru saja aku ingin membalas emailmu. Ternyata kau ke New York
untuk juga menemuiku.” kata Sam sambil tertawa kecil.
“Ah! Pantas saja aku merasa aku
pernah melihat tante Hellen. Ternyata aku pernah melihatnya di konser itu
bersamamu.”
“Dunia ini memang sempit,
kawan!”
“Tante ingat sekarang. Waktu itu
tante sempat ke toilet dulu. Jadi tak tau bahwa itu kamu. Syukurlah, kalau
kalian sudah saling kenal. Ayo chiky, bawa tasmu. Akan ku tunjukkan kamarmu.”
“Baiklah.”
Lega rasanya, pertanyaanku sudah
terjawab. Hmm. . sepertinya aku akan nyaman tinggal di sini. Kamar ini lumayan
bagus dengan hiasan-hiasan not balok. Pantas saja rumah ini bernuansa seni musik,
sepertinya bukan hanya tante Hellen yang suka dengan musik tapi mungkin karna
permintaan Sam. Semoga saja, liburan musim panas kali ini mampu membuatku
sedikit lupa akan David.
“Hey, Chiky. Seprtinya kau
sedang melamun. Daripada kau melamun, aku ajak kau ke ruangan favoritku.” tiba-tiba
Sam muncul di kamarku.
“Oke.” jawabku sambil mengunyah
permen karet sisa tadi.
“Wow! Ini piano yang cantik. Ah!
Persis di albummu.”
“Betul! Ini piano kesayanganku,
kau sudah membeli albumku? Keren!”
“Tentu saja. Aku tagih janjimu.”
“Janji? Ya! Mengajarimu.” jawab Sam
dengan nada lesu dan muka masam.
“Mengapa mukamu tiba-tiba
murung? Kau tak mau mengajariku? Tak apa.”
“Jika aku mengajarimu,
berjanjilah kau takkan pergi.”
“Pergi? Untuk apa aku pergi?”
Tiba-tiba Sam berjalan dengan
dingin untuk meninggalkanku tanpa kejelasan dengan raut muka yang sedikit
kesal. Aku tak tau ia kenapa. Aku bingung. Apa salah kata-kataku? Atau memang
ia tak ingin mengajariku. Lagipula aku kan tak memaksanya. Ada apa dengannya?
“Susul!” perintah Glenn tiba-tiba. Segera aku menyusulnya.
Terlihat ia sedang duduk di
kolam ikan dan memberi makan ikan-ikan yang cantik itu.
“Ada apa, Sam? Maafkan
kata-kataku tadi jika menyiggungmu.”
“Tak ada, aku hanya teringat
sesuatu.”
“Apa itu? Aku tak mengerti
dengan maksudmu tadi degan kata ‘pergi’. Pergi kemana?”
“Kau seolah mengejekku.
Ikan-ikan itu juga.”
“Mengejek? Aku mengerti. Kau
juga pernah ditinggalkan seseoerang? Aku juga. Sakit sekali.”
“Ya. Tentu saja. Perih. Pedih.
Tak tau terima kasih!”
“Ceritakan padaku kepedihanmu.
Kita sependeritaan.”
“Dulu, aku punya seorang
kekasih. Pacar yang setia menemaniku. Namanya Jean. Ia berjanji takkan
meninggalkanku dan akan terus di sampingku. Tapi tiba-tiba ia menghilang tanpa
sebab.”
“Mengapa ia meninggalkanmu? Apa
kau berbuat salah sepertiku?”
“Mungkin. Aku salah karna telah
melatihnya menjadi pianis handal sepertiku. Ia berubah. Tidak seperti dulu. Ia
menjauhiku. Gengsi. Ya! Ia gengsi padaku. Dan hubungan kami pun berakhir dalam
pertengkaran yang hebat. Ia menghilang bagai setan! Kau kenapa?”
“Hah? Aku tak apa.”
“Kau meneteskan air matamu.”
“Tidak, ini kelilipan.”
“Jujurlah. Aku tau kau tidak
sekuat aku.” Ucap Sam sambil menghapus air mataku dengan tangan lembutnya yang
biasa ia gunakan untuk menyentuh dentingan tuts piano yang indah.
“Aku hanya teringat David.”
“Sahabatmu? Ia meninggalkanmu
juga? Benar-benar tak tau diuntung!”
“Ya, aku tak tau mengapa ia
meninggalkanku. Aku juga tak tau ia pindah kemana. Tapi memang belakangan itu
kami ada sedikit masalah.”
“Begitu. Aku hanya ingin
mengatakan pada mereka bahwa mereka akan menyesal.”
“Ya, aku juga. Jadi itu alasanmu
tidak ingin mengajariku. Aku mengerti. Tapi aku takkan meninggalkanmu. Mana
mungkin aku berbuat seperti itu. Aku tak perlu kemahiran bermain piano. Yang
aku butuhkan hanya seorang teman yang bisa menjagaku dan memberi sepenuh
perhatiannya untukku. Dan yang terakhir, tidak akan menyakitiku.”
“Yes, I can. Ayo, kita ke
ruanganku.” ucap Sam semangat sambil menarik tanganku.
Aku tersenyum puas. Liburan kali
ini memang akan menjadi liburan terbaikku. Sam mulai mengajariku dasar-dasar
tentang piano. Walaupun aku sedikit tak suka. Tapi yang membuat menarik adalah Sam
yang mengajariku dengan sabar. Yap! Sedikit-sedikit aku mulai menguasai dasar
piano.
“Sekarang kita sahabat?”
tanyaku.
“Forever.”
“Thanks.”
“Kau tak bosan, seminggu ini kau
selalu latihan piano.” tanya Sam menghentikan permainan pianonya.
“Hmm… tidak. Kenapa?”
“Kau tak ingin keluar rumah
untuk jalan-jalan. Ini kan musim panas.”
“Aku sudah enjoy di sini.”
“Kau tak ingin melewatkan
saat-saat indah New York saat musim panas?”
“Tidak.”
“Kau yakin? Ada ‘aqua’ New York
yang indah saat musim panas.”
“Aqua? Apa itu?”
“Nanti kau juga tahu. Aku yakin
kau pasti suka.”
“Baiklah.”
Aku mulai merasa nyaman berada di
dekat Sam. Ia selalu memberikan perhatiannya kepadaku. Selama aku di New York,
aku selalu bangun lebih pagi. Itu karena dentingan tuts piano yang lembut
membangunkanku tepat pukul 5.30. siapa lagi. Ya! Sam yang memainkannya, ia
selalu memainkan piano putih kesayangannya setiap bangun tidur. Setiap hari,
tak ada hari tanpa senyum dan tawa. Benar-benar sempurna hariku dengannya.
Senyumannya yang manis selalu menghiasi pandanganku. Kata-kata yang keluar dari
mulut kecilnya selalu dapat menenangkan hatiku. Seperti bantal yang empuk untuk
membuatku nyaman, tenang dan selalu dapat menyandarkan tubuh ini saat lelah dan
putus asa. Seperti pencakar langit yang terus menjagaku dari marabahaya. Aku
berjalan di belakangnya menuju Aqua yang ditunjukkan Sam. Ia memegang erat
tanganku seolah tak ingin kehilanganku. Aku pun juga. Memegang erat tangannya
yang selalu menjagaku. Munculah rasa egoisku. Egois. Egois yang tak bisa
dilawanku. Tak ingin melepas Sam dan membuatnya menjadi milikku sekorang. Ya.
Hanya aku yang boleh memilikinya. Memiliki kasih sayangnya, pengertiannya dan
segala yang ada di dirinya. Hal inilah yang selalu membuatku kalah. Aku tak
bisa melawan keegoisanku. Termasuk pada David. Saat itu, aku pun tak bisa
melawan keegoisanku untuk melepasnya. Membuatnya pergi. Makanya sampai saat ini
aku masih tak bisa merelakannya pergi jauh dariku. Ah! Mengapa aku tak bisa
memusnahkannya.
“Kau sudah berusaha. Terakhir
adalah hasilnya. Biar Tuhan yang menentukan.” bisik Glenn mengagetkanku sambil
mengusap mukanya.
“Yeah! Aku pun tak ingin
melepasmu, Glenn. Kau akan selalu di duniaku kan?” tanyaku cemas dalam hati.
“Aku tak tau, tapi belakangan
ini aku sering merasa aku harus meninggalkanmu sekarang.”
“Hah? Tapi mengapa? Kau tak
boleh.”
“Tak bisa.”
“Stop! Jangan lanjutkan
percakapan kita dalam hati ini. Aku tak ingin lagi kau ucapkan kau akan
menghilang!”
“Aku tak tau pasti. Aku pasrah.”
“Stop!”
“Kau egois.”
“Glenn?”
Tiba-tiba Glenn menghilang, uh!
Pasti ia hanya marah padaku. Nanti juga kembali. Sudahlah. Aku tak boleh memasang
raut muka cemberut di depan Sam. Aku tak ingin membuatnya sedih juga.
“Sampaaaai!” teriak Sam sambil
menujuk ke hamparan pantai yang sangat indah terpapar sinar matahari sambil
mengangkat kedua tangannya ke atas lalu merangkulku.
“Wow! Sam, kau mengajakku ke
tempat yang sangat indah! It’s Wonderful!”
Aku memandang luas hamparan
pasir dan lautan itu. Sangat indah. Berwarna keemasan karena ditemani sang Raja
siang. I love gold!
“Panas sekali.” Kataku.
“Memang. Ah aku lupa
memakaikanmu topi. Tapi aku sudah menyiapkannya untukmu.”
“Apa?”
“Es krim.”
“Terimakasih Sam.”
“Aku senang saat melihatmu
tersenyum.”
“Aku pun begitu.” Dengan
tersenyum sambil melahap es krim strawberry kesukaanku.
“Senyummu begitu indah. Ayo kita
ke gondola!” ajak Sam tiba-tiba menarik tanganku.
Di dalam gondola, aku bisa
melihat semuanya dari atas. Orang-orang seperti semut. Sam menyebutnya gondola,
padahal bagiku yang seperti ini bianglala. Aku memandangi hamparan laut. Tak
bisa berhenti. Indaaaaaaaah sekali! Tak ada pemandangan seperti ini di Chicago.
Kota yang dingin dengan kesibukan orang-orang. Seandainya aku bisa pindah ke
sini ataupun ke dunia peterpan dan tinkerbell. Mimpi! Entah mengapa, Sam
sepertinya memandangi aku. Ada apa ya? Ada yang salah dengan mukaku?
“Ada apa Sam?” tanyaku
penasaran.
“Ah, tidak. Ada es krim di
mulutmu.” jawabnya sembari terkaget.
“Ah mana?”
“Sini aku bersihkan. Kau lucu
sekali, seperti anak kecil.” katanya sambil tertawa kecil.
“Ah sudah! Aku malu. Untung
hanya ada kita berdua di bianglala ini.”
“Sepertinya kita harus segera
pulang. Aku takut tante Hellen memarahi kita.”
“Mana mungkin tante Hellen
memarahi kita. Lagipula ini belum terlalu sore. Ayolah Sam sekali lagi saja
putaran bianglala ini.” pintaku.
“Hmm… baiklah.” katanya pasrah.
Liburanku telah berakhir. Hari
ini mama akan menjemputku. Ah! Kembali ke Chicago. Sekolah dan bertemu Key-_-
Damn! Glenn? Aku baru ingat! Setelah aku bersama Sam ke aqua, aku tak melihat
lagi. Shit! Ada apa dengannya? Glenn? Glenn? Panggilku dalam hati.
“Yeah?”
“Apa kau masih marah?”
“Yeah… menurutmu?”
“Maaf.”
“Maaf?”
“Ya, maaf.”
“Ya, egois.”
“Ya. It’s me.”
“Aku merasa tak dibutuhkan lagi
disini.”
“Kenapa?”
“Ada Sam.”
“Kau cemburu.”
“Ya, jelas.”
“Tapi kau kan juga mendukungku
untuk dekat pada Sam.”
“Kau akan menyesal.”
“Kau plin plan.”
“Kau juga.”
“Ya?”
“Selamat tinggal.”
Aku sendiri bingung pada
percakapanku dengan Glenn barusan. Aku bosan dengan obrolanku yang selalu
itu-itu saja. Ah! Lepas saja Glenn. Kali ini aku sedikit bingung dengan
sikapku. Munafik. Aku tak ingin melepas David tapi dengan mudah aku melepas
Glenn. Ah! Masa bodo! Aku sudah tak butuh hantu itu. Lagipula mana ada yang
namanya hantu. Mungkin ia hanya imajinasiku karena pengaruh kata-kata Pak
Harry. Sekali lagi aku plin plan. Tak ada manusia yang plin plan. Itu wajar.
Pulang ke Chicago. Meninggalkan
aqua yang cantik dan kenangan bersama Sam. Aku merasa ada yang berbeda dari Sam.
Sepertinya ia spesial. Aku menyukainya. Aku suka dia. Andai ia tau. Andai ia
punya rasa yang sama. Ini namanya jatuh cinta. Aku merasakannya. Ini berbeda.
Sangat indah seperti aqua! Menurutku Sam romantis. Sam seperti sosok Peterpan.
Muncul secara magic. Dan aku berharap menjadi Wendy. Mendapat ciuman
pertamanya. Merasakannya. Aku ingin terbang bersamanya. Seperti Peter mengajak
Wendy ke dunianya dengan terbang. Aku sayang Sam. Seketika rasa ini muncul.
Tiba-tiba, tante Hellen memanggilku dari luar. Tandanya mama sudah menjemputku.
Malas sekali. Inginnya aku tidak bernjak dari tempat tidur ini. Tapi sudah
seharusnya aku pulang. Segera kukemasi tasku.
“Enjoy?” tanya Sam tiba-tiba di
pintu kamar.
“Yeah, thank you.”
“Kita akan bertemu lagi. Jarak
tak memisahkan kita kan?”
“Ya.”
“Ini nomer ponselku.”
“Oke.”
“Ayo, chiky!” kata mama.
“Iya, ma. Terima kasih ya, tante
Hellen dan Sam. Sampai jumpa.”
“Selamat jalan.”jawab tante
Hellen.
Di
mobil, seperti biasa. Kami tak bicara. Selalu. Mama tak menanyakan liburanku.
Tak tanya sudah apa saja yang kulalui. Tak tanya enjoykah aku dengan liburan
pilihannya. Mama yang aneh. Aha! Aku tak mau lagi berurusan lagi dengan
anak-anak Higway School. Mengapa aku tak pindah saja. Lagipula Highway School
hanya tinggal kenangan. Aku ingin sedikit melupakan David. Ke sekolah terpencil
pun tak apa yang penting bisa belajar. Aku akan memintanya sekarang. Mama tidak
akan menolaknya. Aku kan anak satu-satunya.
“Ma?”
“Ya?”
Nama saya SHARON LOGAN, saya dari Washington, DCUSA, saya ingin menggunakan media ini untuk menulis kepada orang-orang di internet yang membutuhkan pinjaman nyata, bahwa jika Anda memerlukan pinjaman tanpa ditipu, berlaku dari KARINA ROLAND LOAN COMPANY adalah perusahaan yang tepat untuk diterapkan dari saya seorang guru. Saya ditipu 2 kali oleh perusahaan palsu yang berkeinginan menjadi pemberi pinjaman tetapi pada akhirnya scammed, tetapi sekarang saya tidak lagi khawatir karena KARINA ROLAND telah membantu saya jadi jika Anda memerlukan pinjaman mendesak untuk melakukan proyek atau bisnis apa pun yang akan membuat perusahaan ini tersenyum di wajah Anda. Saya juga telah memperkenalkan sebagian besar teman saya ke perusahaan ini dan hanya 2 teman saya yang mengatakan kepada saya bahwa mereka telah menerima pinjaman di sana, salah seorang teman saya menerima pinjaman $ 39.000,00 dolar dan yang lain dari teman saya menerima jumlah $ 65.000,00 dolar sehingga siapa pun yang membutuhkan pinjaman online berlaku dari perusahaan ini dan Anda akan yakin, karena perusahaan ini sangat membantu dan Tuhan akan terus menggunakannya untuk membantu orang yang membutuhkan loa n. Jika Anda memerlukan pinjaman online, lamar dari perusahaan ini dan hubungi mereka melalui ini berarti alamat email karinarolandloancompany@gmail.com atau whatsapp hanya +1(585)708-3478 dan Anda juga dapat menghubungi saya melalui email sharonlogan023@gmail.com untuk informasi lebih lanjut. , Terima kasih semua.
BalasHapus